Novel (untittled)

Bab I

ALARM RING

Bunyi alarm disertai getarannya terdengar di keindahan mimpiku yang tiba-tiba dirusaknya. Serasa membuka pintu yang digembok setara dengan beratnya aku membuka mata ini. “Bangun…bangun…sholat shubuh”! suara ibuku terdengar sangat lantang dari kamar mandi , hal itu ia lakukan setiap hari untuk membangunkan kami agar disiplin dan taat ibadah. Aku langsung beranjak ke kamar mandi untuk segera berwudhu’ sebelum ibu bertambah garang.
“Cuma bangun kok susahnya minta ampun?” celoteh ibuku, dari pada kuping panas dengerin omelan ibu yang itu-itu saja lebih baik langsung sholat shubuh saja. Jam menunjukkan pukul 06.45 tepat bel masuk sekolah, hampir saja terlambat. Dengan semangat ’45 akumanuju kelas yang untungnya terletak di depan. Meski sedikit ngos-ngosan ku coba menyembunyikannya, tetapi pada akhirnya tupai meloncat akhirnya jatuh juga.
“Duh…Ry, masih pagi udah keringetan! Emang abis jogging ya?” Tanya Rani dengan rasa penasarannya setelah melihatku berantakan dan sedikit berbau matahari tiba-tiba nongol. Seperti lagunya Avril “Innocence” aku menjawab dengan santai “oh…gak ada apa-apa kok Cuma latihan buat penilaian olahraga ntar!”. Huu akhirnya dia percaya juga setelah lagakku ala Avril itu.
Rania adalah temanku yang gendut, berkaca mata dan murah senyum. Dia adalah teman yang paling dekat denganku,meski…sering sekali menghabiskan jatah jajanku.
Selain Rani aku masih punya dua lagi, yaitu Nuri dan Anggi. Nuru cewek berambut cepak, kedua orang tuanya pemilik warung pecel tersohor di wilayahku. Parahnya, uang sauknya yang banyak tidak pernah ia belikan pulpen, setiap hari karena kabaikanku dia selalu saja nebeng. Apa nasehat terbaik untuj teman seperti itu?. Satu lagi si Anggi lengkapnya Anggi Rahmawati, berambut panjang, suara cempreng, tuguh kerempeng. Dia tergolong temanku yang keadaan ekonominya sedikit kurang beruntung dari kami malahan bisa dibilang pas-pasan. Tapi semua variasi itulah yang membuat persahabatan kami langgeng dan tidak menjadikannya sebagai tolok ukur dalam mencari seorang sahabat.
Sejalan degan lairan konformitas yang kami anut, kita tidak berhak mendeskriminasi teman. Apakah dia cantik ataupun kaya. Anggi, dia kadang-kadang sedikit berlebihan, kami selalu berbagi satu sama lain. Contonya satu kerupuk seharga 500 perak kami habiskan berempat. Hal itu kita jalani setiap hari, kecuali jika Rani absent maka jatah kami akna bertambah. Rani adalah teman kami yang paling doyan makan dan paling sering kami jadikan bahan ejekan sesaat. Yang kupelajari darinya dia tidak pernah marah dengan ejekan-ejekan konyol kami.

Bab 2

FAMILY

Sebelum cerita ini dibhas lebih dalam, kau perkenalkan diriku terlebih dahulu. Nama lengkapku Riry Zhidianita berusia tiga belas tahun, aku masih duduk di kelas dua SMP. Aku juga merupakan anak kedua dari dua bersaudara , sementara kakakku adalah sisiwi kelas dua SMA dalam arti kami hanya berselisih tiga tahun. Wilayah yang kami tempati letaknya cukup dekat dengan sekolahku, tak heran jika aku sering mengentengkan saat berangkat ke sekolah.
Aku dan kakakku dilahirkan dari seorang ibu rumah tangga biasa tapi sangat luar biasa di mata kami, sementara ayahku PNS yang juga membuka usaha bengkel. Seringkali bengkel merupakan tempat favorit, di sana aku dapat membantu ayah dan dapat tip tambahan. Hobiku sangat kompleks, seperti termenung memimpikan masa depan dan menulis puisi-puisi dalam bahasa inggris, lain lagi dengan kakakku yang lebih feminine dan sangat bertolak belakang dengan sifatku ini.
Sejak kecil kami tak hentinya bertengkar mulai dari hal sekecil tahi cicak sampai masalah sebesar tahi kucing. Setiap hari kulalui dengan teman-teman di sekolah dan acah pendapat dengan kakak, pati hanya itu. Maalam hilang pagi datang, bisingnya suara sepeda motor ayah menandakan bahwa hari ini akan dimulai kembali. Kami berangkat ke sekolah masing-masing, aku diantar oleh ayah dan kakak bersepeda sendirian.
to be continued...

0 komentar:

Posting Komentar

hai pembaca...