Secantik Body, Tak Secantik Hati
Inilah kisahku, akan kuutarakan tentang cerita pilu dalam hidupku , well, aku seorang gadis berusia 20 tahun, aku cantik, manis, cute, mostly says that :P. Tinggi badanku proporsional, berat badan pun ideal. Tapi mengapa sampai sekarang tak satupun dari kaum Adam yang shoot aku??
Dengan wajahku yang sepintas mirip Camilla Belle, mereka tak juga jatuh hati padaku. Dan yang lebih menyakitkan, temanku yang notebene 90˚ berbeda jauh dariku malah mendapat seorang kekasih yang tampan dan setianya minta ampun.
Sejak mengenal temanku yang bernama Vonny itu, kesan yang kudapat biasa saja. Dia berkulit gelap, sedikit gendut, dan aku pikir tidak se-smart diriku. Aku Mira Cattelya Saraswati, merasa melebihi si Pompom-panggilan kecil Vonny, itu tak juga punya pacar. Apa kata dunia? Mungkin satu yang ada pada diri Pompom sementara aku tidak, yaitu dia mudah sekali untuk berbagi senyuman pada siapapun.
Dan bagi siapa saja yang mendapat senyuman itu, ia akan berbalik tersenyum pada Pompom dengan mimic wajah yang sangat menggembirakan.
*****
“Ya ampun, Reza ganteng banget” batinku. Lengkapnya Reza Firmansyah, dua angkatan di atasku. Charming, cool, low profile, down to earth, rajin menabung pula. Pokoknya yang baik-baik dia ada. Dan bukanlah sangat wajar jika feelku terhadapnya berbeda.
Tapi, tahukah kalian bagaimana strategi seorang Mira memperhatikannya? Im standin’in back . Seorang Mira hanya bisa mengintip, memandang, dan terkadang tersenyum sendiri tanpa seorang pun yang tahu. Padahal, seandainya jadian, kami pasti akan terlihat bak pasangan dari negeri dongeng (kisah Shrek dan Viona) wkakakakakaka.
Sampai sekarang, aku harus terus memimpikan sebuah mukjizat yang mungkin akan terjadi padaku. Yang datangnya seperti kejatuhan buah duren, meski sakit dan bauuuu kok banyak yang doyan ?? –‘- ahh forget it. Pada intinya itulah yang kuharapkan, suatu saat Reza datang menghampiriku, dan memintaku untuk menjadi sahabat hidupnya (ngarep.com).
*****
“Kring kringg kringggggggg olala”
“Bhukkkk”
“Dasar beker ahhhh” ceroscosku berusaha bangkit dari ranjang.
“Oh-eM-Giiiiiii udah jam 7?? Mata kuliah pertama aku presentasi !!!”
Dengan langkah seribu aku bergegas ke toilet, sikat gigi, dan baru kemudian “bersuar-suar” ria. Unik, Mira yang tampak sempurna hanya butuh tak kurang dari lima gayung air saat mandi. Tak lebih dari sepuluh menit kemudian mulai tampak Mira yang wangi, bersih, cantik dan kharismatik ^_^”. St st st st, kutekan kepala botol parfum ke beberapa penjuru. Kutegakkan kepala dan akhirnya berangkat.
*****
“Tik tok tik tok” bunyi high heel yang kupakai melenggang di udara. Maklum sajalah, kecepatan berjalanku dipercepat berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Tibalah di korodor depan, rasanya seperti Kristen Stewart yang melenggang di karpet merah, semua pasang mata tertuju padaku…hehehe. Tak kusia-siakan, aku balik menyambut mereka dengan senyuman khas Bella Swan di twilligt Saga, hanya menyunggingkan bibir, dan memasang mata sendu pada tiap-tiap orang yang memandangku. Oh Indahnyaaaa….
Keasyikan tebar pesona, aku kembali ingat presentasi pagi ini. Aku kembali berlari. Tapi tetap saja mereka memandangku, “nasib seorang bintang” pujiku dalam hati.
“Miiiiiiiiiiiiiii….ra” sapa Reza di depan kelas. Sejak kapan Reza terobsesi dengan Aziz Gagap? -,- pikirku. Namun, mungkinkah dia juga terpesona melihatku?
“Eh Kak Reza, ada apa kak?” tanyaku sangatttt lemah lembut. Pandangan Reza tetap lekat padaku, bersamaan, seorang berbisik dari belakang.
“Eh dia bukan kesemsem Liatin ello. Tapi bingung ngeliatin keritingan rambut nyasar di kepala lo”
“*&^%$@$%^&*.....Whatttttt the hell !!!
Bagai anak itik yang menganggap pejantan adalah induknya, malu-maluin. Dammit, aku kira mereka menatapku karena pesonaku yang seperti Bella Swan, tapi nyatanya mereka sedang keheranan melihat rambutku di penuhi kritingan rambut, tak ubahnya seperti wig hakim-hakim orang Eropa.
“Hancur-hancur hatiku, hancur-hancur hatiku…hatiku hancur”
*****
Pokoknya, hal bodoh seperti kemarin gak boleh terulang. Kan sayang, paras blasteranku ini mau di tarih di mana, dan lagi, Reza mungkin sudah illfeel.
“Hey non, di rumah lo ada kaca gak? Di rumah gue banyak loh” sindir Pompom.
“Apa sih lo Pom, gak ada urusan sama lo” jawabku ketus
“Gitu aja manyun, nanti lo bisa dikutuk seperti putri Viona, mau?”
“Putri Viona ?apa gue kenal?” tanyaku antusias
“Owalahhh, putri Viona….ituloh seorang putri cantik yang dikutuk jadi orang jueleeekkkkk, tapi dia punya cinta sejati yang sama jeleknya kaya dia…hehehe” tambah Pompom meyakinkan
“Idihhh tragis amat tuh dongeng, ah lo doain gue?”
“Enggak kok Mir”
“Pom, itu apa di tangan kiri lo?” tanyaku penasaran karena sejak tadi ia berusaha menyembunyikannya dariku.
“Bukan apa-apa kok Mir” jawab Pompom ragu-ragu.
“Pelit ah” ujarku merengek
“Ya udah nih” ucapnya menyodorkan sebuah selebaran yang mirip formulir.
“AMBASSADOR OF COLLEGE OF THE YEAR 2011 COMPETITION”
Sebuah brosur pengumuman pemilihan duta kampus. Kenapa si pas-pasan* seperti Pompom mendapatkannya terlebih dahulu daripada aku. Entahlah, yang penting aku bisa ikut kompetisi itu dan lahir sebagai pemenang. Tapi aneh, dalam brosur itu sekaligus terselip sebuah formulir. Kenapa Pompom merelakannya untukku? Formulir bertuliskan nomor 0001, yang artinya ini adalah cetakan pertama. Dan lagi, aku tidak melihat para mahasiswi lainnya ribut tentang kompetisi ini. Dari mana Pompom mendapatkannya?
*****
Setelah mengisi formulir, langsung kuserahkan pada Reza selaku ketua panitia. Agar dia tahu bahwa Mira adalah seorang yang aktif dalam kegiatan kampus dan mau berkompetisi…hehehe.
“Hemm hemmmm” dahakku yang sengaja dibuat-buat untuk mendapat perhatian Reza.
“Oh Mira, ada apa Mir?”
“Gini kak, aku mau nyerahin formulir pendaftaran buat kompetisi pemilihan duta kampus” jelasku
“Apa?” Reza seakan tak yakin dengan yang kuutarakan sebelumnya.
“Formulir….”
“Oh iya iyya…oke sini”
Reza gelisah saat melihatku. Aku ragu, ada yang salah lagi dengan penampilanku.
“Kenapa kak? Apa di rambutku…? Pertanyaanku yang menggantung dan ragu
“Oh bukan-bukan…rambut kamu baik-baik aja kok” pungkasnya.
*****
Akhirnya kompetisi dimulai, ajang tahunan bergengsi tak ubahnya pemilihan Miss Celebrity di SCTV. Sangat meriah, beruntung aku bisa lolos sampai ke tahap puncak. Hingga terpilihlah empat kandidat utama, aku termasuk salah satu diantaranya. Tapi di sana juga ada Pompom. Kok bisa???
*****
“Sambutlah, Mira Catellya Saraswati…Ambassador Of College tahun ini !”
Sorak-sorai menyelimuti aula, tepuk tangan terus terdengar, mengiringi langkahku menuju podium utama. Seorang duta kampus tahun lalu meyematkan selempangnya padaku. Akulah seorang pemenang. Namun, tahukah kalian ? Pompom berhasil menyabet juara Runner Up. Tak kusangka, meski tidak secantik dan sebening kandidat yang diunggulkan, dia cukup cerdas dan brilian.
Jujur, aku berusaha sangat keras untuk melebihi kemapuannya. Paling tidak, sebagai pemenang aku dapat menunjukkannya pada Reza.
*****
Mungkin inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaanku. Sejauh ini aku tak seditpun punya keberanian, namun setelah menjadi duta kampus, mungkin kesempatan untuk menjadi pacarnya terbuka lebar. Reza sedang duduk santai di kantin, menikmati teh kotak rasa apel kesukaannya.
Aku melintas pelan, berpura-pura tak menyadari keberadaannya. Berharap dialah yang akan menyapaku pertama.
“Mir” sapa Reza, langsung mendebarkan jantungku.
“Ya kak” jawabku antusias
“Aku mau ngomong sesuatu, apa boleh?”
“ Mau ngomong apa kak? Boleh banget kok” ujarku sok imut.
“Hmmmm anu,,,,” jawab Reza dalam keraguannya.
Hal Itu semakin membuatku penasaran, nafasku tidak terkontrol, serta jantungku berdegub sangat kencang.
“Sebenarnya aku ingin tanya ini dari dulu, tapi gak pernah ada waktu yang pas”
“Langsung aja kak, ga apa-apa kok” aku makin dibuat sekarat.
“Formulir itu kamu dapet dari mana?”
“Maksud kakak formulir duta kampus?”
Reza mengangguk
“Dari si Pompom Kak” jawabku pasrah, ternyata apa yang akan ia bicarakan bertolak belakang dari yang kuharapkan .
“ Beneran dari si Pompom? Padahal aku kasih ke dia buat dia sendiri”
“Maksudnya?”
“Aku sengaja kasih formulir cetakan pertama buat Pompom, biar dia mau ikut kompetisi itu”
“Perhatian banget si kak sama Pompom?” tanyaku pesimis
“Iyalah Mir, secara Pompom itu pacarku” Jawab Reza PeDe.
“^%$#$%^*&^,,,,apa?” Nadaku meninggi, membuat Reza kalang kabut.
“Kenapa Mir?”
“Oh gak apa-apa kok, apa Pompom istimewa banget buat kakak?” tanyaku pasrah.
“Sangat Mir, meski secara fisik dia kalah. Tapi aku sangat sayang sama dia. Hatinya secantik berlian yang tak terhitung mahalnya, yang gak semua perempuan dengan fisiknya yang sempurna itu punya. Pompom bersinar, setia, rendah hati, dan selalu menghargai orang lain” jawab Reza berseri di atas kekalahanku, seolah-olah dia mencontohkan aku sebagai gadis yang sempurna itu, tapi tidak memiliki hati berlian seperti Pompom .
“What a pity” selama ini dengan kebodohanku, aku salah menilai orang. Pompom yang kuanggap sebagai mahkluk antique adalah sang Putri bagi Reza. Pompom yang secara fisik memang kalah denganku, tapi ia memiliki Inner beauty yang jauh lebih memancar daripada aku.
Meski Reza tidak menjadi milikku, aku belajar satu hal. Bahwa seberapa sempurnanya fisik, tak berharga sama sekali jika tidak ditunjang oleh keindahan hati. Dan sebaliknya, meski fisik itu tak sempurna, namun jika keindahan hati itu memancar, maka ia akan tetap terlihat sempurna. ^_^
THE END
(Riza Afita Surya) History, Education, Art, Social Enthusiastic
Total Tayangan Halaman
Cari Blog Ini
Mengenai Saya
Labels
Blog archive
- Maret 2019 (1)
- November 2017 (6)
- Oktober 2017 (1)
- Juli 2017 (3)
- Mei 2013 (3)
- Desember 2012 (1)
- Mei 2012 (1)
- Maret 2012 (3)
- Februari 2012 (13)
- Januari 2012 (17)
- Desember 2011 (8)
- November 2011 (15)
- Oktober 2011 (1)
- September 2011 (1)
- Juli 2011 (8)
- April 2011 (2)
- Maret 2011 (1)
- Desember 2010 (1)
- Oktober 2010 (7)
- September 2010 (1)
- Agustus 2010 (10)
- Juli 2010 (2)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (2)
- November 2009 (2)
Powered by WordPress
©
Rubrik Riza - Designed by Matt, Blogger templates by Blog and Web.
Powered by Blogger.
Powered by Blogger.
0 komentar: