PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BANGSA BABILONIA:
1. Aritmatika dan Ilmu Geometri
Aritmatika dan semacam ilmu Geometri yang sudah dikenal di kalangan bangsa orang Mesir dan Babilonia. Pada umumnya penemuan mereka masih sangat bersifat sederhana. Namun, penalaran dedukatif dari premis-premis umum adalah hasil inovasi dari orang Yunani.4
2. Astrologi Bangsa Babilonia
Ahli astronomi bangsa Babylonia telah lama dikenal unggul di dunia peradaban kuno. Beberapa ribu tahun sebelum Copernicus, mereka telah menyadari bahwa bumi dan planet-planet lain berbentuk bulat dan bahwa mereka berputar mengelilingi matahari. Dengan pengetahuan ini mereka dapat secara akurat memprediksi gerhana matahari dan bulan. Banyak pelajar modern berasumsi bahwa bangsa Babylonia membangun ilmu astronomi mereka sendiri, untuk memenuhi kebutuhan akan perhitungan yang akurat dari ilmu astrologi mereka yang kompleks. Secara mengejutkan, hasil terjemahan teori bangsa Babylonia baru-baru ini mengindikasikan bahwa posisi dan pergerakan dari bintang dan planet dihitung berdasarkan persamaan yang kompleks dari peradaban Bangsa Sumeria. Bangsa Babylonia nampaknya tidak memiliki pemahaman tentang teori dasar dari formula ini, hanya mengetahui bagaimana menggunakannya saja.5
3. Sains
Bangsa Babilonia adalah bangsa kuno yang juga memberikan subangsih besar dalam masalah sains. Hal ini yang kemudian menjadi dasar pemikiran para filsuf Yunani dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Diantara karya besar bangsa Babilonia dalam bidang sains adalah pembagian hari menjadi 24 jam, pembagian lingkaran menjadi 360 derajat, siklus gerhana (yang bisa memastikan tanggal gerhana bulan, dan memperkirarkan tanggal gerhana matahari). Karya pemikiran bangsa Babilonia tersebut kemudian menjadi bahan yang dipelajari oleh filsuf Yunani, Thales.
Thales dari Militus (sekitar 625 – 545 SM) adalah filsuf pertama zaman Yunani kuno. Ia adalah pedagang pertama yang melakukan perjalanan ke Mesir ia kemudian memperoleh pengetahuan geometri dan ke Mesopotamia untuk mempelajari Astronomi. Ia dihormati atas kemampuannya meramalkan terjadinya gerhana matahari. Ia pun mengenal mitos penciptaan alam semesta yang dianut oleh bangsa Mesir dan Babilonia.
4. Agama
Bertand Rusel dalam tulisannya mengemukakan, agama bangsa Mesir dan Babilonia, sebagaimana kepercayaan kuno lainnya, pada mulanya berupa kultus kesuburan. Bumi adalah betina, matahari jantan. Lembu jantan lazimnya disebut dengan kesuburan pria sehingga dewa-dewa lembu banyak yang dipuja dan disembah. Di Babilonia, Isthar adalah dewa bumi yang tinggi kedudukannya diantara dewi-dewi lainnya.
Ketika kaum koloni Yunani di Asia Kecil menemukan kuil-kuil pemujaan Ishtar, mereka menamainya Artemis dan mengambil alih kultus yang ada. Ini adalah asal-usul Diana dari Ephesia, yang merupakan sebutan Latin untuk Artemis. Penganut Nasrani
9
kemudian mentransformasikannya menjadi Perawan Maria, yang kemudian dilegitimasikan menjadi “Mother of God.”. Seperti halnya di seluruh Asia Barat, dewa yang agung dipuji dengan pelbagai nama.6
5. Seni tulis menulis Penggambaran dan pencitraan dewa dewi seperti layaknya manusia sebenarnya merupakan konsekuensi dari kenyataan historis bahwa dewa-dewi yang diyakini adalah ciptaan atau kreasi dari manusia.
Seni tulis menulis untuk pertama kalinya ditemukan di Mesir kira-kira pada tahun 4000 SM, dan di Babilonia tidak lama kemudian. Di masing-masing itu tulisan bermula dari gambar-gambar yang objek yang di acu. Gambar-gambar tersebut dengan cepat mengalami konsevsionalisasi, sehingga kata-kata lantas ditampilkan dengan indigrom-indigrom seperti masih terdapat di Cina. Dalam jangka ribuan tahun, system yang bertele-tele ini berkembang menjadi tulisan alfabetis. Bangsa Yunani mengenal dan mempelajari seni tulis menulis dari bangsa Phoenicia. Bangsa Phoenicia dalam hal seni tulis menulis di pengaruhi oleh bangsa Mesir dan Babilonia. Bangsa Yunani, dengan meminjam dari bangsa Phoenicia, merombak abjad-abjad itu agar sesuai dengan bahasa mereka, dan melakukan penyempurnaan penting penambahan huruf-huruf hidup terhadap alphabet yang hanya terdiri dari huruf mati. Ditemukannya metode penulisan yang praktis ini tak layak lagi telah mendorong perkembangan peradaban Yunani.7
Angka-angka Babilonia dulunya ditulis dalam bentuk cuneiform (bentuk runcing), menggunakan alat tulis dari tanaman
reed berujung runcing untuk menulis di atas sepotong tanah liat yang mana akan dijemur di matahari untuk mengeraskannya untuk membuat rekaman permanen.
Orang-orang Babilonia menggunakan sistem angka sexagesimal (basis 60) yang diambil dari Sumeria. Karena sudah jelas sistem mereka memiliki sistem desimal dan mereka menggunakan 60 sebagai satuan terkecil kedua, bukannya 100 seperti yang kita gunakan sekarang, makanya lebih tepatlah kalau sistem ini dianggap sebagai sistem campuran dari basis 10 dan basis 6. Sexagesimal masih ada sampai saat ini, dalam bentuk derajat, menit, dan detik di dalam trigonometri dan pengukuran waktu.8
B. Perkembangan alam pikiran manusia pada zaman Babilonia
Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan pertanyaan tersebut mereka menjawab sendiri. Misalnya kenapa ada pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang atau kenapa gunung dapat meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal itu kemudian timbul pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan pengindraan, penalaran dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan kemajuan zaman maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmuah.
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam
semesta ini sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit serta bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka mengenal ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu).
(Riza Afita Surya) History, Education, Art, Social Enthusiastic
Total Tayangan Halaman
Cari Blog Ini
Mengenai Saya
Labels
Blog archive
- Maret 2019 (1)
- November 2017 (6)
- Oktober 2017 (1)
- Juli 2017 (3)
- Mei 2013 (3)
- Desember 2012 (1)
- Mei 2012 (1)
- Maret 2012 (3)
- Februari 2012 (13)
- Januari 2012 (17)
- Desember 2011 (8)
- November 2011 (15)
- Oktober 2011 (1)
- September 2011 (1)
- Juli 2011 (8)
- April 2011 (2)
- Maret 2011 (1)
- Desember 2010 (1)
- Oktober 2010 (7)
- September 2010 (1)
- Agustus 2010 (10)
- Juli 2010 (2)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (2)
- November 2009 (2)
Powered by WordPress
©
Rubrik Riza - Designed by Matt, Blogger templates by Blog and Web.
Powered by Blogger.
Powered by Blogger.
Anonim | 20 Agustus 2014 pukul 20.38
Howdy, I do think your website might be having browser compatibility problems.
Whenever I look at your website in Safari, it looks fine however when opening
in I.E., it has some overlapping issues. I merely wanted
to give you a quick heads up! Other than that,
wonderful blog!
Feel free to surf to my website: castle clash hack ()