Uraian imajinasiku dalam menulis (Tittled no. 1 : Aku lahir untuk mimpi)

AKU LAHIR UNTUK MIMPI

Suara menggelegar yang terdengar dari hall kampus semakin panas, jejeran manusia memadati suasana pertandinan basket. Pertandingan sengit antara kedua kubu serta pesona para pemainnya yang sebagian besar charming dan cool membuat penonton bersorak-sorai semringah tanpa khawatir suaranya akan tergerus hingga pertandingan usai. Kinan, dia tak kalah repotnya kali ini. Jabatannya sebagi ketua panitia telah menguras fisik dan pikirannya.
Dia adalah Kinan, perempuan yang cantik, pekerja keras , aktif, dan sangat bersahaja, tapi itu masih belum cukup untuk menjelaskan “Miraculous of Kinan”.Selain itu, dia bukanlah tipikal gadis yang terkena mode syndrome ataupun yang menjadikan beauty of performed di atas segala-galanya, tetapi adalah prestasi yang selalu ingin di raih. Meski begitu, di setiap penampilannya yang memang terkesan jauh dari Glamorous telah menyihir banyak pria untuk bertekuk lutut.
Juga tak mengherankan jika banyak pria yang mengantri untuk menjadi kekasih Kinan dan rela melakukan apapun deminya. Berbanding terbalik dengan fakta di atas, Kinan bukanlah gadis yang memanfaatkan keEXISTannya untuk menggaet para lelaki ke pelukannya, melainkan menjadikannya sebagai anugerah Tuhan yang terindah yang harus dijaga. Kinan tercatat sebagai mahasiswi jurusan psychology semester 6 yang berusia 21 tahun dan telah banyak menorehkan prestasi selama ini.
******
“Plok”, kacamata Saya terpleset dari sangghan hidungnya, kepalanya tertunduk dan matanya terpejam di depan buku Sejarah yang masih lengket di tangan kirinya. Sudah sejak pagi Satya menjadi pembaca setia di perpuatakaan, tak satupun orang menemaninya di situ. Hingga kacamatanya jatuh pun tak ada yang perduli. Mata Satya masih sangat sulit untuk terjaga, dia berusaha keras menggapai kacamata itu di lantai yang tampak buram di matanya.
“Satya, loh kok malah sendirian di sini?” Tanya Andi di depan pintu sedikit mengagetkan sahabatnya itu.
“Oh, ini ndy, kacamataku jatoh ke lantai. Bantuin nyari ya, mataku susah ngeliat nih”.
“Ini…” (sahut Andy sambil menyerahkan kacamata Satya yang baru saja di pungut).
“Makasih ndy, ga’ tau deh kalo kamu ga’ dating. Mugkin semaleman aku nonkrong di sini”.
“Iyyya, trus kamu kok malam di sini? Bukannya nonton basket”.
“Ga’ ah, enakan ya di sini. Di sana rame, panas kupingku kelamaan”.
“Ya udah, pulang yuk”.
Andy dan Satya akhirnya memutuskan pulang setelah seharian banyak acara di kampus.
******
Satu tokoh lagi yang perlu kita kenal, dia sangat bertolak belakang dengan tokoh awal. Namanya Satya Adiguna, mahasiswa Sastra Inggris semester 8. Tak banyak tahu tentang sosok Satya, keberadaanya seakan terkubur oleh kegiatan-kegiatan kampus yang sangat padat. Satya adalah sosok yang sangat pemalu, fisiknya jauh dari kesan pria atletis. Malah sebaliknya, dia tinggi, kurus dan seorang yang tergila-gila pada buku.
Setiap hari, hampir ia habiskan di perpustakaan, kalaupun tidak mungkin tak lebih dari sepuluh menit ia singgah di kantin sekedar membeli minuman. Dia memang tak cukup kuat disbanding para pemain basket kampus, tapi dia akan cukup kuat berhari-hari membaca buku. Andy adalah salah satu teman baiknya.
******
“Drem…drem…drem…”, suara vespa butut Andy yang cukup memusingkan kepala akan keluardari area parkiran. Andy memboncengi Satya yang masih sibuk mengurus tumpukan buku di pangkuannya. Vespa Andy harusnya sudah dimusimkan, jalannya sangat lambat dan sering susah dikonrol. Hingga suatu ketika saat melewati area parkiran vespanya hendak menabrak seorang gadis.
“Kinaaaaaan”, seru Andy dengan suara agak tertatih dengan tatapannya yang kosong ke arah Kinan.
“Ga’ apa-apa kok, ga usah khawatir. Vespa kamu ga’ sampe nabrak aku kan. Swear, aku bener-bner ga’ apa-apa”.
Andy tak bisa berkata, dia seperti baru aja terkena sihir oleh kebaikan Kinan. Mata Andy dan Satya tak henti memandang Kinan hingga beberapa lama kemudian mereka tersadar untuk menolong Kinan yang terduduk di aspal. Dalam hatinya Kinan tertawa geli melihat tingkah kedua orang ini,tapi sempat kacau terhenti saat melihat orang yang baginya asing bersama Andy.
******
Satya melamun sambil memandangi deras hujan ke luar jendela kamarnya. Dalam hatinya bertabur cinta, dia mencoba terus-menerus mengingat wajah gadis tadi sore yang telah menbuatnya takjub bukan main. Dia tak hentinya tersenyum sendiri jika baru tahu kalau selama ini dia satu kampus dengan bidadari. Dia merasa jatuh cinta pada Kinan, kini dia membangun harapan dan angan-angan untuk diperjuangkan.
Untuk pertama kalinya Satya jatuh cinta pada sekali tatapan, Kinan telah membuatnya berhasrat untuk menunjukkan cintanya. Satya akan memperjuangkan cintanya walau apapun yang terjadi. Dengan setulus hati ia mencintai Kinan, walau dalam hati Satya sedikit ragu kalau cinta dari seseorang yang rendah seperti dirinya tak pantas bagi Kinan. Memang dia tidak terlahir seperti para pria idaman yang tampan, terkenal, berotot six pack dan berani tampil. Dia hanya akan memberikan cinta yang tulus dan pengorbanan yang berarti sebagai tanda cintanya pada Kinan. Gud Luck Satya.
******
Sebuah amplop putih dititipkan untuk Kinan, sekilas memang seperti bukan surat cinta. Tapi prasangka itu salah ketka di dalam surat itu sedikit membut hati Kinan terpaku.

Dear : The Miraculous Kinan
My heart ringin’ just once, it happened when I saw you at fisrt. Eventually, I’m not a man who has everything to shared with their girl. I just can spread my love and peace honestly. By do this, it felt better then days before. I couldn’t hide it so long anymore. Kinan, there is many I wish to you, but it being enough you will read this junk letter.

Regards

Anounymous who loves you

Sebuah puisi cinta berbahasa Inggris sejenak membuatnya tenggelam. Tentu ini bukanlah hal pertama baginya, sebelumnya sudah ada puluhan bahkan ratusa surat cinta untuk Kinan. Dia hanya menganggap ini suatu lelucon dari para penggemarnya. Seketika surat itu langsung ia remas dan membuangnya jauh-jauh.
******
Satya sangat cemas selama mngikuti mata kuliah akhir-akhir ini, dia tak bisa konsentrasi memikirkan nasib suratnya yang telah dikirim pada Kinan. Semalaman ia mencoba memilih rangkaian kata-kata yang dapat menggambarkan keletihan hatinya dalam menebur benih kasih. Hatinya memang sudah pasrah jkia Kinan akan begini atau begitu setelah membaca suratnya, toh Satya sendiri tidak menulis identitasnya sendiri.
Tapi semangatnya tak pupus sampai di situ, ia akan berusaha terus mendapatkan hati Kinan. Tanpak kenal putus asa, hari demi hari ia menulis durat untuk Kinan. Di suratnya yang kedua, Satya pun memberanikan diri menulis identitanya.
Dear : The Miraculous of Kinan

“Love….what could I say of this complicated word? Eventually, I couldn’t explain it completely just a day. But I could tell how love can made me mad. You’ve been making me frustrated for a whle, moreover my mind just into you ever after”.

Regards

Satya Adiguna
Surat keduayang diterima Kinan, meski namanya sudah terpampang sangat jelas, tak sedikitpun Kinan mempedulikannya. Lagi-lagi surat itu diremas dan dibuang jauh-jauh, begitulah yang ia lakukan ketika mendapatkan surat dari Satya.
******
“Halo…ini benar Kinan?”
“Iya bener, siapa ya?”
“Besok ada waktu?”
“Oh, besok….bisa, tapi siapa nih?”
“Kamu akan cepat tahu segera….tut…tut…tut”.
“Halo…halo…”.
Kina sedikit kesal karena penelpon tiba-tiba memutuskan hubungannya. Sebenarnya, Satyalah yang menelpon Kinan. Dia nekat mengajaknya untuk bicara secara langsung, dengan seperti itu hati Satya akan tenang. Di taman belakang kampus, mata Kinan menyoroti sesorang yang Selama ini membuatnya penasaran. Pria tinggi berkacamata dengan tumpukan buku di pangkuanya melambai-lambai kearah Kinan. Akhirnya mereka berdua bertemu. Bibir Satya gemetaran saat memulai percakapan, mukanya pun pucat dan berkeringat dingin.
“Aku… Satya yang selama ini ngirim surat-surat yang ga’ penting buat kamu. Aku minta maaf udah ganggu. Tapi, demi Tuhan Yang Mahamengetahui aku tulus cinta sama kamu. Aku juga ngerti kalo cowok seperti aku jauh sangat jauh berebeda dengan cowok-cowok laen, mereka berlebih dari segala hal. Sementara aku, Cuma cinta yang sangat tulus ini kutunaikan buat kamu”.
(Kinan sedikit kaget melihat orang yang selama ini memuja-mujanya bak Bidadari hadir di hadapannay untuk menyatakan cinta).
“Makasih banyak Satya, selama ini kamu udah begitu perhatian sama aku. Aku juga minta maaf kalo suratmu ga’ pernah satu kalipun dibalas. Aku ngerasa senang bisa kenal kamu sekarang. Tapi Satya, aku belum siap menjalin hubungan sama kamu dengan waktu secepat ini. Kamu juga pasti sudah tahu, udah berapa puluh cowok yang nembak aku. Nyatanya, ssat aku sama mereka, mereka lebih nganggap aku ini barang mahal yang layak pamer. Lagian ada hal yang lebih penting kan daripada ngurusin cinta semata, banyak hal Satya. Sorry…”.
“Oke…. mustahil aku maksa kehendak kamu. Aku selalu berdo’a agar kamu mendapat segala sesuatu yang kamu impikan. Aku ga’ akan ganggu kamu lagi”.
Satya langsung berlari tak karuan arah, dia tak sanggup menahan air matanya yang sejak tadi dibendung. Dia patah hati hingga lupa membawa buku-bukunya, Kinan berusaha sekeras mungkin menyusul Satya, tapi Satya lenyap begitu cepat dari pandangannya.
******
“Tiiiiiiiiiiin”, klason mobil pick up tertuju pada Kinan. Dia panik, tinggal satu meter mobil itu nyaris menjamah tubuhnya. Kinan merasa inilah akhir kehidupannya, tak cukup waktu untuk menghindar lagi. Satya yang sejak tadi memperhatikan Kinan, yiba-tiba turun ke jalan dan menghampirinya yang beberap detik kemudian mungkin sudah ditabrak. Dengan modal cintanya, dia mendorong Kinan ke tepian jalan. Sementara dirinya sendirilah yang tertabrak.
Mata Kinan terpaku melihat tubuh Satya dijamah pick up sampai terpental beberapa meter. Ini di luar kal sehatnya, pria yang baru saja dibuat sakit hati malah mengorbankan nyawanya sendiri. Tangis Kinan semakin dalam, menembus batin siapa saja yang mendengar. Satya harus meregang nyawa di dalam dekapannya. Nafas Satya tersengal-sengal, sekuat tenaga ia masih berusaha menghibur Kinan.
“Satya,kamu harus kuat, bentar lagi aku bakal bawa kamu ke rumah sakit”.
“Aku bahagia Kinan, dengan ini kamu bisa tahu seberap tulus cintaku”.
“Tapi…kamu ga’perlu ngorbanini diri kamu sendiri Cuma buat perempuan yang ga’ ngehargain persaan kamu”.
“Ga’ apa-apa kamu ga’ milih cintaku berlabuh di hati kamu. Tapi biaralah aku berkorban demi hatiku sendiri”.
“Aku gerti Sat, makanya kamu harus tetep hidup buat aku. Aku janji, hatiku selamanya hanya untuk kamu Sat. Kamulah orang pertama yang cinta setulus ini sama aku. Aku ini bodoh, kamulah orang yang kutunggu selama ini Sat. Jangan tinggalin aku”.
“Aku akan tetep hidup selamanya di hati kamu, menanam cinta dan kedamaian buat kamu. I Love You Foooor……..”
(Ucapan Satya terputus seiring nafasnya juga terhenti).
“I Love You Forever too Satya……kamu akan selalu ada di hatiku, selamanya….sampai nafas terakhirku”.


By : Riza Afita Surya

0 komentar:

Posting Komentar

hai pembaca...