Bekal Dari Mama
Sebuah camping bag berwarna kuning yang sudah lengkap dengan segala isinya tergeletak di kasur spring bedmilik Anne. Sebentar lagi dia akan pergi mendaki ke gunung, selagi menunggu bekal yang dipersiapkan mama, ia merebahkan diri sambil melihat-lihat foto yang terpajang rapi di kamarnya.
Sejenak ia tenggelam dalam kenangan-kenangan manis, dan pikirannya sibuk menguraikan kenangan itu menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dipikirkan. Sebuah foto yang berbingkai kayu lapuk, di dalamnya seorang bocah kumel bermandi lumpur sedang tersenyum dengan manisnya.
“Mama…mama, besok adek mau pergi ke sawah mama”, ucap si bocah perempuan dengan polosnya.
“Iyya adek, makanya sekarang tidur dulu. Kalo ga’ tidur mama ga’ ngebolehin adek ikut loh”, cetus mama.
“Adek tidur ya Maaa”.
“Eh adek kalo mau tidur jangan lupa berdo’a dulu”.
“Oh iyaya ma, Bismillahirrahmanirrahim Bismikhallah Hummah Ahya Wabismika Amut”.
“Pinter anak mama, mimpi indah ya Adek!”.
Si bocah perempuan itu masih tak dapat mengistirahtakan matanya, ia terus membayangkan kesenangan pa yang akan didapatnya besok. Seperti apa sawah itu? Kira-kira banyak mainannya ngaa’ ya? Boleh main berapa lama? Imajinasinya menari-nari dalam mimpi-mimpi gadis kecil itu.
Fajar perlahan-lahan menyingsing. Si bocah sigap dengan perjalnannya, mama sedang sibuk mempersiapkan bekal untuk perjalanannya nanti. Mama menyiapkan satu kotak nasi beserta lauk ayam dan sebotol air berukuran kecil, bekal itu disimpan baik dalam satu tas imut yang berwarna kuning.
Wajah si bocah berserk-seri, gigi ompongnya selalu ia perlihatkan pada mama pagi itu.
“Maaa, adek mau berangkat”.
“Iyaaa, adek berangkat. Tapi sekarang masih jam setengah enam adek. Sawahnya belom dateng”.
“Oh, gitu ya maaa. Terus bukanya kapan?”
“Bukanya nanti jam…jam delapan adek”.
Si bocah terlalu semangat menyambut perjalanan pertamanya, ia sedikit tidak puas dengan jawaban mama.
@@@@@@
“Tin…tin…tin…”, suara klakson bus menyeringai di depan rumah si bocah, pertanda waktunya berangkat. Si bocah dengan segala kesiapannya berlari keluar rumah sambil menjinjing tas kuningnya menuju bus.
“Ma, adek berangkat ya”.
“Hati-hati ya adek, bekalnya jangan lupa dimakan. Di jaga baik-baik”.
“Iya ma” teriak si bocah dari dalam bus yang sudah melaju. Kesenangannya menyeruak, lambaian tangan kecilnya tak juga berhenti pada mama hingga pandangan pada mama sudah lenyap dari penglihantannya.
Akhirnya rombongan si bocah bersama teman dan guru-gurunya tiba di tempat tujuan. Ibu guru memandu para siswa kelas 3 SD Masa Depan itu.
“Anak-anak, kita sudah sampai di WPA. Nah, ada yang tau WPA di sini kepanjangannya apa? Kemaren ibu sudah kaih tau kan!” cetus bu Guru.
“Saya bu” (si bocah perempuan mengacungkan telunjuknya pada ibu guru).
“Oh,…apa itu WPA?”
“WPA itu..wc-pancuran-air kan bu?”
“Hahahaha” (ibu guru tak tahan menahan geli mendengar jawaban polos si bocah)
“Dengarkan baik-baik ya anak-anak semuanya. WPA itu Wahana Pembelajaran Alam”.
“Lohh, ibu bilang kita di sinibisa liat-liat sawah kan?” cela si bocah perempuan.
“Benar, nanti kita di sini belajar banyak menegenai sawah, proses penanaman padi, pembajakan tanah dan perawatan padi setelah di tanam”.
“Oohhhhhhhhhhh”.
Penjelasan ibu guru lumayan berat untuk diterima oleh akal sehat si bocah. Ia hanya terdiam dan mengikuti aba-aba dari ibu guru. Kemudian para siswa kelas 3 SD itu mulai menjelajah dan berkeliling. Dalam hati si bocah merasa tidak puas, harapannya ttidak sesuai dengan kenyataan.
Ternyata di sawah itu tidak ada kolam untuk bermain air, tidak ada pasir untuk membangun istana pasir, ia hanya menginjakkan kaki telanjang di lahan yang berlumpur untuk memperhatikan segala pembelajaran yang ada di tempat itu. Dua jam kemudian, waktunya makan siang. Mereka dibebaskan waktu untuk bermain-main dan melahap makan siangnya. Si bocah perempuan hanya temenung di pinggiran lahan sambil memandangi sepasang kerbau yang sibuk membajak tanah.
Rasa lapar akhirnya menghampiri, ia bermaksud mengambil tas kuning yang berisi bekal itu yang di letakkan tak jauh dari tenpatnya duduk. Berkali-kali tangannya berusaha menggapai tas itu, tapi malah membuat tangannya bermandi debu. Si bocah perempuan itu bingung amat sangat, saat menoleh ke belakang tasnya tak ada lagi.
Dia sangat kesal, teriakkan melengking keluar dari mulut kecilnya. “Tasku mana?”
Tiba-tiba seorang bocah lelaki mucul di hadapannya sambil mengoyang-goyangkan tas kuning itu.
“Balikin tasku!” teriak si bocah perempuan.
“Aku mau ngebalikin asal kamu mau bagi makanan kamu sama aku” celah si bocah lelaki.
“Enak ajahh, siapa suruh ga’ bawa. Itu punyaku tau!!!!!”
“Ga mauuuu….weeeeekkk!” (sambil menjulurkan lidahnya)
Si bocah perempuan tak putus asa, degnan segenap kekuatannya yang masih tersisa ia mengejar bocah lelaki yang iseng itu. Bekal makan siangnya yang susah payah dibuatkan mama harus direbut oleh orang lain. Mereka berdua kejar-mengejar berebut sebuah tas. Sesaat kemudian bocah perempuan dapat menjangkau tasnya kembali, dia merebut paksa tas miliknya dari bocah lelaki.
Akhirnya naluri si bocah lelaki mulai tumbuh, ia berusaha mengalah dan melepas penganan eratnya pada tas itu. Seketika si bocah perempuan kehilangan keseimbangan, dan dalam hitungan detik tubuhnya roboh ke lahan berlumpur yang baru selesai di bajak. Seluruh tubuh dan tas kuning yang ia dapatkan dengan suasah payah bercampur Lumpur.
Bocah perempuan itu menagis sekeras mungkin, sekarang dia tak ubahnya seperti sepasang kerbau tadi. Tas berwarna kuning kini berubah coklat alami ala lumpur sawah. Ia terisak-isak sendiri sebelum akhirnya bangkit, tapi kemudian si bocah lelaki mengulurkan kedua tangannya yang masih bersih untuk membantunya berdiri.
Si bocah perempuan dengan tangan terbuka menerima kebaikan bocah lelaki yang iseng itu, kedua tangannya yang bermandi Lumpur tak sungkan untuk memagang erat tangan si bocah lelaki. Hatinya berbunga-bunga memperoleh bantuan bocah lelaki, kemudian segenap kesediahnnya lenyap begitu saja. Ia berlari ke sana ke mari dan melupakan tas kecil amanat mama.
Sesampainya di rumah, seluruh badannya yang kotor memancing amarah mama.
“Adekk, kok malah maen kotor-kotoran sih?”
“Maafin adek ya mah, tadi bekal adek direbut ama anak cowok. Perut adek perih ma ga’ makan”.
“Mama kan udah pesen sama adek buat jaga baik-baik tasnya, kok malah ditinggalin?”
“Adek lupa ma kalo bawa bekal”.
“Nah, sekarang tasnya mana?”
“Uhmmmm….ketinggalan di sawah tadi mah”.
“Adek, pokonya nanti-nanti mama ga’ mau denger lagi adek lupa kalo bawa bekal. Kalo kejadian lagi, mama ga’ mau bikinin adek bekal lagi”.
“Iya maaa, adek janji” (air mata mengucur dari pipiny yang chubby)
Setelah kejadian itu, si bocah perempuan tak pernah melupaka nasehat mamanya untuk menjaga baik-baik makanan yang telah dikaruniakan Tuhan untuknya.
Sepuluh tahun kemudian, bocah perempuan itu tersenyum sendiri melihat pemandangan dirinya sewaktu berkunjung ke WPA. Sekarang di tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, yang tak lagi merasa kegirangan saat didekati lawan jenis dan yang tak lagi melupakan nasehat mamanya.
“Anne…bekalnya udah mam siapin”, cetus mama yang menghentikan lamunan asyik Anne sejak tadi.
“Iya ma”, jawab Anne.
“Anne jangan lupa jaga bekalmu, kamu kan mau naik gunung, gimana ceritanya kalo ga’ bawa bekal”! nasehat mama.
“Iya mama, Anne akan selalu ingat nasehat mam sampai kapanpun”, tegasnya santai.
Sejak sepuluh tahun yang lalu, nasehat itulah yang selalu keluar dari mulut mama saat Anne akan pergi kemana pun. Kalimatnya persis, namun intonasinya saja yang sedikit diperbaharui oleh mama seiring pertumuhan Anne yang semakin dewasa. Dalam hati Anne berucap, “Mama, bekal apapun yang kau bawakan untukku akan selalu ku jaga sampai kapanpun”.
(Riza Afita Surya) History, Education, Art, Social Enthusiastic
Total Tayangan Halaman
Cari Blog Ini
Mengenai Saya
Labels
Blog archive
- Maret 2019 (1)
- November 2017 (6)
- Oktober 2017 (1)
- Juli 2017 (3)
- Mei 2013 (3)
- Desember 2012 (1)
- Mei 2012 (1)
- Maret 2012 (3)
- Februari 2012 (13)
- Januari 2012 (17)
- Desember 2011 (8)
- November 2011 (15)
- Oktober 2011 (1)
- September 2011 (1)
- Juli 2011 (8)
- April 2011 (2)
- Maret 2011 (1)
- Desember 2010 (1)
- Oktober 2010 (7)
- September 2010 (1)
- Agustus 2010 (10)
- Juli 2010 (2)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (2)
- November 2009 (2)
Powered by WordPress
©
Rubrik Riza - Designed by Matt, Blogger templates by Blog and Web.
Powered by Blogger.
Powered by Blogger.
0 komentar: