(Riza Afita Surya) History, Education, Art, Social Enthusiastic
Di sini saya akan membahas tentang seleksi administrasi terlebih dahulu. Jangan pernah sepelekan seleksi berkas ya, karena melalui tahap ini kita bisa maju ke tahap selanjutnya. Oh ya semenjak tahun 2017, ada peraturan baru untuk pendaftaran LPDP. Di mana tahun-tahun sebelumnya membuka 4 kali pendaftaran dalam setahun, tahun 2017 hanya ada 2 kali pendaftaran. Gelombang pertama adalah jalur dalam negeri (DN) dan kedua merupakan jalur luar negeri. Dan ada beberapa aturan baru terkait jalur luar negeri (reguler), antara lain tidak diperkenankan menggunakan TOEFL ITP (seperti periode sebelumnya). Kualifikasi bahasa Inggris minimal TOEFL IBT, TOEIC, dan IELTS (6.5). Sangat Strict memang, tapi kita masih diperbolehkan menulis essay dalam bahasa Indonesia kok. Saran saya untuk bisa lolos seleksi administrasi antara lain; 1. Pastikan semua persyaratan sudah lengkap (untuk luar negeri ada tambahan surat keterangan bebas TBC ya) 2. Hindari submit di last minute. Terkait dengan hal ini, menuju deadline penutupan serve LPDP rentan mengalami down. Malahan LPDP memperpanjang waktu deadline hingga satu minggu, mengingat banyaknya peserta yang memprotes pada operator! 3. Jika persyaratan sudah lengkap, jangan lupa memikirkan essay yang bagus-gus-gus! kenapa saya bilang begitu, karena meski semua persyaaratan terpenuhi, tapi jika dalam penulisan essay kalian sangat sederhana siap-siap saja ditolak! Ada standar poin yang harus kalian dapatkan agar dinyatakan lolos seleksi administrasi dan saya pikir essay mengambil porsi cukup besar. Ketika menulis essay, jangan bayangkan menulis karangan bebas seperti ketika habis akal saat ujian. No! kalian harus banyak membaca dan berlatih menulis. Bagi saya orang Sejarah, saya mempersiapkan opini sebaik mungkin mengapa sejarah itu penting, tentu berdasarkan riset-riset kecil yang saya lakukan. Dan juga jangan lupa meminta beberapa teman untuk membaca essay kita ya, karena masukan mereka akan sangat membantu. No body's perfect, inget! dan dam dam dam...saya akhirnya dinyatakan lolos seleksi administrasi!
Setelah memutuskan mengambil tes ielts kedua tepatnya bulan November 2016, saya kembali belajar mati-matian. Ibaratnya seperti lirik lagu Peterpan, kaki di kepala, kepala di kaki! huuuh! Saya mulai benar-benar memfokuskan diri belajar secara otodidak setelah hampir dua bulan mengikuti kursus ielts di Balai Bahasa & Budaya Universitas Negeri Malang. I think, everything went well until the result came out. So unexpected thing! writing saya untuk kedua kalinya 5.5! Padahal di sesi writing ini usaha saya sudah sangat maksimal, sangat! Tapi apa mau dikata, yang penting skor minimal 6.5 sudah didapat dan teramat sadar akan lebih sulit memilih kampus dengan reputasi terbaek. Mengawali tahun 2017, belum ada tanda-tanda pembukaan pendaftaran LPDP. Di sela-sela itu, saya mempersiapkan diri untuk beasiswa AAS (tahun 2016 saya gagal di tahap awal). Dengan modal sedikit nekat, saya mutusin milih research course (wkwkwk, berasa gak tau diri). Tapi bukan sembarangan, saya mengerjakan research proposal dengan amat hati-hati dan teliti. Sampai melakukan korespondensi dengan reseacher di Monash University (Dr. Leony Kronborg, kepala riset dibidang gifted education, meski endingnya doi bilang kesempatan kecil bagi saya untuk bisa masuk) bulan Juni saya dapat email kalo tidak lolos seleksi berkas. Saya tidak mau lama-lama terpuruk karena kegagalan AAS yang kedua kalinya. Move on ke LPDP, yang akhirnya di buka pada bulan Februari. Saya tidak benar-benar mempersiapkan berkas setelah dinyatakan tidak lolos AAS. Satu per satu persyaratan pendaftaran saya lengkapi, mulai LoA Unconditional, surat keterangan sehat+bebas narkoba+bebas TBC, dan terpenting tiga essay yang harus benar-benar ditulis dengan teliti! Tiga essay berhasil saya selesaikan dalam kurun waktu satu bulanan (Inget! selalu minta teman untuk baca essay kita). Segala persiapan beres, satu minggu sebelum deadline penutupan pendaftaran, saya submit! to be continued...
What does history to do with the country? it seems an easy question to be accomplished. First of all, since students learn about what the country had experienced in the past, they'll likely realize it did not take easy steps to be a prosperous country as today (for example: Japan, from world War II to Meiji Restoration and now becoming one of the greatest economic countries) or even past glorious that faded as time spent on (for example: Roman Empire in which could fall in barbarians invasion). Historiocity which comes from historical events possibly form students' character. In this sense, teacher plays significant part in deciding which values should be absorbed. Teacher determines the process of learning, makes sure students are in right place and right time, of course without eliminating black part of the history. Forming these characters of students is preparing them in society, in which plays far more important than skill. Generally speaking, before delivering the materials, I do give motivation about everything that related to learning essenses. It is expected that students probably will feel worth to study history, not for the sake of exam score, but for themselves. Teacher also has students realize that history is not only about completing learning goals (which typically is measured by a set of test), but how history makes a wiser and better person.
Why histroy? is there nothing else we can enjoy in the class? why do teachers should be so bored and old-fashioned? those questions will be rised when we ask students how they feel during history learning. I personally was drawn to history since I was in junior high school once my score was the best among the class. Now, I am a history postgraduate student in education department. As you see, I am being prepared to be history lecturer/teacher. And history learning issues will always be my concern, despite history itself. I do understand why majority students feel uncomfort upon history. It may be caused by the teachers, learning materials, curriculum, and even history itself. No body's perfect, ha? But, let's don't shift the blame. We can make better development upon history learning, particularly history teachers. In this very beginning, I just will figure out how important history to ourlives, our country and our upcoming generations, of course in my limited horizon. Since, I have read dozens of history books, the more I realize that there is a bunch of things that I don't know! It takes me to alien state of life. Imagine, I read about Roman Empire and what comes across my mind is the battle scenes of Troy, Gladiator, Alexander the Great movies. So naive! But that's how I impress history. Using history alternative in the form of movies. Those epic movies teach us about hero, sacrifices made for nations pride, endlessness conflict but at the end love always wins (in movies). Generally speaking, as teacher you can utilize history alternative media (books, movies, novels, etc). The slightly difference between history and historical fiction lays on the package (I read much from G. Rodwell), in which historical fiction awakens sympathy from readers/viewers, in this case for students. Okay, I feel my first english writing is not properly organized. Sorry for that! Let continue, since students have learned about heroic value they'll be able to apply the things in their life. Be a hero in their own life. Hero, who does not always win! To be continued
"Sometimes, life is about risking everything for a dream no one can see but you" ungkapan di atas sangat mewakili perjalananku maral melintang sebagai scolarship hunter. Sejak dinyatakan lulus S1 pendidikan sejarah Universitas Jember, saya memang membidik beberapa beasiswa tujuan keluar negeri, as going abroad is one of my biggest dream. But guess, it will not be easy! hahaha....kala itu diri ini cukup naif, merasa keren hanya karena IPK cum laude dan toefl ITP yang di atas 500. Saya tidak pernah benar-benar tahu apa itu IELTS (salah satu syarat inti untuk bisa kuliah di english speaking country dan sekitarnya), sampai bulan Oktober nekat/bonek/gak tahu diri ikut tes tsb di British Council Surabaya. Yah untuk urusan ini kemampuan bahasa Inggris saya cukup tahu diri lah, meski skor overall saya 6.0 dengan biaya 2,7 jeti (2015). Saya sedikit bingung harus menceritakan pengalaman mencari beasiswa dari mana, mengingat perjalan ini mirip-mirip drama seri yang belum diketahui jalan akhirnya. Oke, kita mulai saja dari percobaan pertama yaitu LPDP. Karena saya terlahir dari wilayah terpencil dan tertinggal bernama Situbondo, jadilah saya memilih kategori afirmasi. Waktu itu baru lulus, daftar saja pake surat keterangan lulus dan transkrip yang belum resmi pula. Semangat yang menggebu-gebu tapi tak dibarengi bekal yang mapan, itulah saya. Esai-esai saya tulis hanya dalam tempo beberapa hari, dalam hati "ah reviewer mana sempet baca!" yang penting skor toefl dan IPK saya tampak! dan saya salah besaaaar. It ended up with announcement "Maaf anda tidak lolos seleksi administrasi"...mak jleb. yes! pundak saya seolah kejatuhan genteng hingga tak mampu lagi mendongak ke depan. Kabur sudah bayangan saya untuk bisa jalan-jalan dan pamer foto ke temen-temen (niat saya kala itu memang kurang beres)...bersambung
Total Tayangan Halaman
Cari Blog Ini
Mengenai Saya
Labels
Blog archive
- Maret 2019 (1)
- November 2017 (6)
- Oktober 2017 (1)
- Juli 2017 (3)
- Mei 2013 (3)
- Desember 2012 (1)
- Mei 2012 (1)
- Maret 2012 (3)
- Februari 2012 (13)
- Januari 2012 (17)
- Desember 2011 (8)
- November 2011 (15)
- Oktober 2011 (1)
- September 2011 (1)
- Juli 2011 (8)
- April 2011 (2)
- Maret 2011 (1)
- Desember 2010 (1)
- Oktober 2010 (7)
- September 2010 (1)
- Agustus 2010 (10)
- Juli 2010 (2)
- Juni 2010 (1)
- Mei 2010 (2)
- November 2009 (2)
Powered by WordPress
©
Rubrik Riza - Designed by Matt, Blogger templates by Blog and Web.
Powered by Blogger.
Powered by Blogger.